Kekerasan masa kecil dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius pada kesehatan seseorang. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa kekerasan masa kecil dapat meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun di kemudian hari.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa orang yang mengalami kekerasan fisik, emosional, atau seksual pada masa kecil memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami gangguan autoimun seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit Crohn di masa dewasa.
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Hal ini dapat menyebabkan berbagai gejala seperti nyeri sendi, ruam kulit, gangguan pencernaan, dan kelelahan kronis.
Studi ini menunjukkan bahwa stres kronis yang disebabkan oleh kekerasan masa kecil dapat memicu reaksi inflamasi dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat memicu gangguan autoimun. Selain itu, kekerasan masa kecil juga dapat mempengaruhi perkembangan sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan, membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit autoimun di kemudian hari.
Para peneliti menekankan pentingnya mendeteksi dan mengatasi efek negatif dari kekerasan masa kecil sejak dini, baik melalui terapi psikologis maupun dukungan sosial. Selain itu, upaya pencegahan kekerasan pada anak juga perlu ditingkatkan untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan autoimun di masa dewasa.
Dengan menyadari hubungan antara kekerasan masa kecil dan risiko penyakit autoimun, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi anak-anak yang rentan terhadap kekerasan. Kesehatan mental dan fisik anak-anak merupakan investasi penting bagi kesehatan generasi mendatang.